Kleptomania dan Tindakan Pencurian Berlainan, Apa Bedanya?

Perbuatan mencuri tak hanya karena desakan kebutuhan yang tak mampu terpenuhi secara ekonomi.

Tapi, ada pula kecenderungan karena masalah gangguan mental kleptomania.

Merujuk Mayo Clinic, kleptomania ketakmampuan seseorang menahan dorongan untuk mencuri barang yang biasanya tidak terlalu dibutuhkan dan bernilai kecil.

Merujuk WebMD, biasanya gangguan kleptomania juga dipengaruhi masalah pengendalian diri yang buruk dalam perilaku dan emosi.

Kondisi ini juga memaksa untuk menjalani kehidupan yang tertutup karena menganggap gangguan ini sangat memalukan.

Mengutip MedicineNet, kleptomania sering dianggap tindakan pencurian semata.

Padahal kedua tindakan ini berbeda.

Pencurian merupakan tindakan seseorang yang akibat desakan ekonomi atau yang lainnya mengambil barang berharga orang lain secara sadar.

Sedangkan, kleptomania saat melakukan tindakannya tidak dalam kondisi yang menyadari sedang mencuri.

Orang yang kleptomania bisa merasa malu dan menyesal.

Barang yang dicuri pun tak ada hubunganya dengan keinginan atau nilai barang.

Setelah mencuri, barang itu pun akan dibuang.

Tak ada penyebab pasti yang menyebabkan kondisi kleptomania.

Namun para ahli merujuk beberapa kecenderungan yang mempengaruhi kondisi kleptomania.

1.

Kekurangan hormon serotonin Masalah gangguan kleptomania mungkin berkaitan bahan kimia di dalam otak atau hormon serotonin.

Hormon serotonin adalah hormon yang mengatur suasana hati dan emosi seseorang.

Biasanya, orang yang kleptomania memiliki kadar serotonin yang rendah.

2.

Masalah neurotransmiter Sebagian besar sinyal yang dikirimkan otak diatur jaringan rumit neurotransmiter.

Setiap gangguan dalam sistem ini bisa menyebabkan perubahan kepribadian dan reaksi individu terhadap situasi.

3.

Sistem opioid otak Mengutip WebMD, penyakit kleptomania juga berkemungkinan dipengaruhi sistem opioid otak yang tak seimbang.

Itu akan menyebabkan dorongan yang kuat untuk mencuri dengan kecemasan, gairah, dan ketegangan saat mencuri.

4.

Gangguan hormon dopamin Dorongan mencuri juga berkemungkinan dipengaruhi pelepasan hormon dopamin otak.

Dopamin hormon yang dilepaskan saat tubuh merasa senang.

Orang yang kleptomania saat mencuri otaknya akan melepaskan hormon dopamin yang membuat ia ingin sering melakukan pencurian.

5.

Kejiwaan Pelecehan semasa anak-anak, perundungan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, mengonsumsi alkohol juga dikaitkan dengan kleptomania.

Ada pula pandangan yang menganggap kleptomania berkaitan dengan kondisi gangguan obsesif-kompulsif (OCD).

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Related Posts

Batuk Berkepanjangan, Hati-hati Gejala Long COVID-19

Pakar menjelaskan batuk kronik berkepanjangan hingga beberapa bulan dapat mengindikasikan penyintas mengalami long COVID-19.

Apakah Pembesaran Prostat Dapat Dicegah? Lakukan 6 Cara Ini

Mentantisipasi pembesaran prostat dapat dilakukan antara lain dengan tidak menunda atau menahan buang air kecil. Apa lagi?

Jangan Ragu Buka Toko Online, Ini 5 Alasan Orang Lebih Suka Belanja Online

Sebagai penjual, perluasan pasar melalui pembukaan toko online merupakan strategi baik untuk menggaet banyak pelanggan dan meraup keuntungan.

Manfaatkan BSU untuk Modal Bisnis Sampingan dengan Tips Berikut

Jangan membelanjakan uang BSU untuk hal-hal tak penting meski Anda masih bekerja. Lebih baik dananya dimanfaatkan untuk modal bisnis sampingan.

Rokok Elektrik atau Konvensional Sama-sama Berisiko Kanker Paru

Rokok elektrik atau vape dianggap tetap menyebabkan masalah pada kesehatan, mulai dari batuk hingga potensi kanker paru.

Penyebab dan Gejala Gendang Telinga Pecah

Gendang telinga pecah juga tersebab cedera tekanan udara atau barotrauma

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *