Mengenal Tungau Debu Pemicu Serangan Asma

Jakarta -Tungau debu dikenal sebagai pemicu alergi dalam ruangan yang signifikan bagi penderita asma.

Ukurannya yang sangat kecil membuat keberadaannya sulit diketahui.

Mereka biasa hidup dan berkembang biak di tempat yang hangat dan lembab.

Kenali lebih lanjut tungau debu pemicu serangan asma dalam ulasan berikut.

Melansir situs resmi American Lung Association, tungau debu adalah serangga hama yang memakan sel-sel kulit mati manusia.

Mereka banyak ditemukan di rumah dengan tingkat kelembaban tinggi dan suhu hangat yang konstan.

Tungau berukuran sangat kecil sehingga untuk melihatnya harus menggunakan mikroskop.

Di dalam rumah, mereka hidup dalam lapisan debu yang mengendap.

Karena memakan sel-sel kulit mati, maka mereka juga biasa ditemukan di tempat tidur.

Selain sel kulit mati, sumber makanan tungau debu seperti serbuk sari maupun spora jamur.

Tungau debu bukanlah parasit yang menggigit, tetapi keberadaannya bisa mengganggu kesehatan manusia, sebagaimana dikutip dari Health Direct.

Pasalnya, tubuh mereka mengandung alergen yang kuat dan bisa mengeluarkan kotoran.

Bagi penderita asma alergi, sangat penting untuk menjaga rumah tetap bersih dan bebas dari kelembaban berlebih.

Seperti diketahui, tungau debu adalah salah satu pemicu utama dalam ruangan bagi penderita alergi dan asma.

Paparan tungau debu secara terus menerus di rumah dapat berdampak pada kesehatan penderita asma.

Pun bagi mereka yang alergi atau sensitif terhadap tungau.

Dikutip dari situs Asthma, baru-baru ini sebuah penelitian menemukan 85 persen penderita asma alergi terhadap tungau debu di rumah.

Hasil penelitian tersebut juga didukung dengan hasil survei tahun 2020 yang dilakukan oleh Asthma and Lung UK bahwa tungau debu memicu 60 persen penduduk Inggris mengalami gejala asma.

Profesor Teknik Biologi di Massachusetts Institute of Technology, Bevin Engelward menjelaskan paparan zat yang dibawa dalam kotoran tungau debu yang memicu serangan asma ini.

Parahnya, mereka juga bisa menyebabkan kerusakan DNA yang berakibat fatal bagi kesehatan sel paru-paru manusia.

“Kerusakan DNA adalah komponen dalam perkembangan asma, berpotensi berkontribusi pada memburuknya asma,” kata Engelward dikutip Tempo dari siaran pers yang dipublikasikan di situs resmi news.mit.edu pada 2 Mei 2016.

Lebih lanjut, kata Engelward, asma bisa dipicu oleh respons imun yang berlebihan terhadap alergen seperti tungau debu.

Sel-sel kekebalan membanjiri paru-paru di mana alergen telah menyerang, mengeluarkan bahan kimia sitokin.

Zat ini mendorong peradangan dan penyempitan otot polos sehingga menyebabkan penyempitan saluran udara dan membuat sulit bernapas.

Related Posts

Pembuatan Komponen Lokal Laptop Merah Putih Dimulai dari Casing

Konsorsium perguruan tinggi mengaku tidak mendapatkan dana khusus untuk pengembangan komponen lokal bagi laptop Merah Putih.

Kompetisi Innovillage untuk Mahasiswa Kembali Digelar Tahun Ini, Simak Tenggat Proposalnya

Membuka untuk mahasiswa se-Indonesia, panitia Innovillage 2022 menyiapkan total pendanaan Rp 2,5 miliar bagi 150 proyek sosial di 150 desa.

Kemendikbud: Draf RUU Sisdiknas akan Terus Diperbaiki

Draf RUU Sisdiknas akan terus diperbaiki berdasarkan masukan berbagai pihak dan pembahasan bersama DPR.

Nadiem Sebut Guru Belum Sertifikasi Bisa Dapat Tunjangan di RUU Sisdiknas

Di DPR, Nadiem menjelaskan berbagai poin di dalam RUU Sisdiknas, termasuk tunjangan profesi guru.

Inovasi Pembayaran ZISWAF dengan QRIS di Baznas Karanganyar

QRIS merupakan standar QR Code pembayaran yang dikembangkan oleh BI dalam mempermudah transaksi nontunai.

4 Hal yang Segera Dilakukan Saat Banjir Bandang

Banjir bandang luapan air bah yang mengakibatkan kerugian materiel dan kesehatan masyarakat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *